Selasa, 29 April 2014

Harapan Terhadap Pemilu Pilpres 2014 (Ilmu Budaya Dasar)

Harapan Terhadap Pemilu Pilpres 2014

Tugas Soft Skill 3

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasa



HARAPAN TERHADAP PEMILU PILPRES


Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk memilih calon legislatif dan pemimpin Negara (Presiden dan Wakil Presiden). Pemilu 2014 akan dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu Pemilu Legislatif atau Pileg pada tanggal 09 April 2014 dan Pemilu Presiden atau Pilpres pada tanggal 09 Juli 2014 nanti. Oleh karena itu, tahun 2014 sangat penting dan menentukan masa depan bangsa Indonesia 5 tahun ke depan.

Harapan Untuk Indonesia Kedepannya


Pilpres 2014 kian dekat, harapan akan terciptanya perubahan terhadap masa depan bangsa ini kian menggelora. Mesin politik mulai dipanaskan, masing2 partai politik peserta pemilu mulai bermanuver menjalankan strategi untuk merebut tongkat estafet kepemimpinan negeri ini. Pukulan demi pukulan mulai dilayangkan, drama2 politik mulai dimainkan. Kegalauan politik merebak lebih awal hingga jauh ke pelosok2 desa. Wacana demi wacana mencuat silih berganti dengan berbagai grand designnya.
Nama figur yg digadang2 menjadi calon RI 1 pun jauh-jauh hari sudah memenuhi beranda opini di setiap media yg ada. Dengan berbagai macam cara, mereka mulai adu strategi guna merebut simpati grassroot. Targetnya jelas, masyarakat awam yg tdk memiliki ideologi politik dan floating mass yg belum menentukan representasi politiknya. Kedua element tersebut adalah sumber suara terbanyak pada perhelatan pesta demokrasi nantinya. Dan kelak, kedua unsur tersebut pulalah yg paling berpotensi menuai penyesalan jika menjatuhkan pilihan pada sosok yg tak mampu membawa perubahan.
Nasib indonesia 5 tahun kedepannya, ditentukan oleh kejelian dan kecerdasan masyarakat dalam memilih. Jeratan masalah ekonomi, korupsi dan ancaman disintegrasi telah menjadikan indonesia menjadi bangsa penyakitan. Modal popularitas tidak cukup menjadi acuan menentukan pemimpin negeri ini. Masyarakat indonesia harus belajar melupakan aspek primordial dan representasi identitas ketika memilih. Kemilaunya strategi branding politik serta popularitas figur yg dibentuk oleh media hanyalah refferensi untuk melengkapi paradigma kita dalam memilih pemimpin yg tepat. Inilah saatnya kita harus menatap bijak, atau kembali terperangkap dalam periode penyesalan.

Harapan Pemilu Untuk Tahun Ini :

  1. Saya berharap secara umum pemilu 2014 berlangsung dengan jujur, aman dan tertib sehingga menghasilkan pemimpin-pemimpin yang amanah dan dapat memperjuangkan amanat penderitaan rakyat. Secara khusus, dia berharap pemilu 2014 di Kabupaten Malang berlangsung dengan jujur, aman dan tertib sehingga terwujud Kabupaten Malang Madep, Manteb, Makmur dan Berakhlak Mulia.
  2. Saya berharap pemilu 2014 ini semua warga Indonesia menggunakan hak pilihnya untuk memilih calon Presiden yang sesuai kata hatinya masing-masing dan Presiden yang terpilih dapat membawa perubahan di Indonesia maupun di luar Indonesia. Terlebih perkembangan Indonesia bisa sampai ke Kabupaten Lamongan, baik itu kemajuan ekonomi, pendidikan dan Sumber Daya Manusia (SDM) nya.
  3. berharap semoga siapa pun yang terpilih dalam pemilu 2014 ini bisa membuat Indonesia menjadi 3 M Maju, Mandiri dan Madani dan lebih memperhatikan potensi Gerakan Pramuka di Indonesia.

Kesimpulan

Demokrasi di Indonesia yang semakin terkonsolidasi meniscayakan keberadaan partai politik. Partai politik akhirnya menjadi sangat berpengaruh menentukan nasib bangsa. Setidaknya terdapat tiga hal yang perlu dievaluasi sejauh ini dari kiprah partai politik di Indonesia. Pertama, sudahkah partai politik memproduksi gagasan-gagasan ideologis bagi pembangunan bangsa? Kedua, sudahkan partai politik menjadi rumah kaderisasi pemimpin publik berkualitas? Ketiga, sudahkah pendanaan sistem partai politik tidak memicu korupsi politik sistemik yang justru malah merusak tatanan kehidupan publik itu sendiri? Demokrasi di Indonesia tidak bisa jalan tanpa partai politik, dibanding semata mengutuk partai-partai politik karena dosa-dosa mereka, lebih baik masyarakat terus-menerus memberi masukan konstruktif sehingga demokrasi Indonesia bisa terus berevolusi kearah yanng lebih ideal di kemudian hari.



0 komentar: