TUGAS ISD (Ilmu Sosial Dasar) Tugas 1
TUGAS ISD (Ilmu Sosial Dasar) Tugas 1
Kenakalan Remaja
Masa remaja sering dikenal dengan
istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru
mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri
dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di
lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Pengertian
Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari
anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal
anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga
12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula
pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang
dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya
suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat
menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak
tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa
remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas
tiga, yaitu :
a.
12-15 tahun
b.
Masa remaja awal 15-18 tahun
c.
Masa remaja pertengahan 18-21 tahun
d.
Masa remaja akhir.
Ciri- Ciri Remaja
Mengenai ciri-ciri remaja tidak
mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai segi. Misalnya
dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku. Menurut Gayo (1990:
638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi dalam tiga
fase yaitu; Adolensi diri, adolensi menengah, dan adolensi akhir. Penjelasan
ketiga fase ini sebagai berikut.
a.
Adolensi dini
Fase ini berarti preokupasi seksual
yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ ketekunan, mulai
renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib,
tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar
kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
b.
Adolensi menengah
Fase ini memiliki umum: Hubungan
dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme
terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki
tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita
perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan
masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam
ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta
bantuan.
c. Adolesensi akhir
c. Adolesensi akhir
Masa ini remaja mulai lebih luas,
mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat
‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain
yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan,
kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila
kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan
konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya. Memerlukan
bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya.
Argumen
lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh
Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya
telah duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak
mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin
sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah pada laki-laki. Lengan dan
kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak menjadi
canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan
gangguan phisikis anak.
Perubahan
rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin
lama makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain
tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin
dan gangguan, yang biasa disebut gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak
remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak berusaha melepaskan diri
darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi lain masih
tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat
kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Sedangkan menurut Hurlock (1999) ciri-ciri
masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak ke menuju dewasa.
a. Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang cepat dan penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-anak ke menuju dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode
perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat universal yaitu perubahan
emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan nilai.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam mengatasi masalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari
identitas, karena remaja berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa
peranannya.
f. Masa remaja sebagai usia yang
menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan stereotip budaya bahwa remaja
adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung
merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja
adalah merupakan periode yang
penting, periode perubahan, peralihan, usia yang bermasalah, pencarian
identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan
ambang masa kedewasaan.
Psikologi
Remaja
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang
meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan
kemudian melawan dan memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh
konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan
psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan
emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu
saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja
lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis.
Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang
akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang
baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990),
yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian
pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan
remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang berlainan
dengan dirinya.
Menurut
Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau
begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan
mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan
tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja,
terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat
dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
Kenakalan
Remaja
Kenakalan
remaja (juvenile delinquency) adalah
suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang
dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan
Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
a.Semua
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
b.Semua
perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran
dalam masyarakat.
c.Semua
perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku
yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti
membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam
yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian
antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya.
Dalam
batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat
dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku
‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari
luar (eksternal).
Faktor
internal:
a.Krisis identitas: Perubahan
biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena
remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
b.Kontrol diri yang lemah: Remaja
yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun
bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
Faktor
eksternal:
a. Keluarga dan Perceraian
orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan
antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi
penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan tempat
tinggal yang kurang baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor
Penyebab kenakalan remaja antara lain :
a. Kurangnya sosialisasi dari
orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
b. Contoh
perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan
nilai-nilai anti-sosial.
c.Kurangnya pengawasan terhadap anak
(baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
d. Kurangnya disiplin yang
diterapkan orangtua pada anak.
e. Rendahnya kualitas hubungan
orangtua-anak.
f. Tingginya konflik dan perilaku
agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
g. Kemiskinan dan kekerasan dalam
lingkungan keluarga.
h. Anak tinggal jauh dari orangtua
dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
i. Perbedaan budaya tempat tinggal
anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
j. Adanya saudara kandung atau tiri
yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.
Peranan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja
Sarwono
(1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap
individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu
mengenal lingkungan keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan menyerap
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian
dari kepribadiannya.
Orang tua berperan penting dalam
emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun negative. Hal ini
menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat penting bagi
remaja.
Menurut Mu’tadin (2002) remaja
sering mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua
atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal dengan ambivalensi dan
hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini akan
mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan
hambatan dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekitarnya, bahkan dalam
beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang
mendalam kepada orang tuanya dan orang lain disekitarnya. Frustasi dan
kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak
simpatik terhadap orang tua maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya
sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Penilitian yang dilakukan BKKBN pada
umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan hal hal yang mendalam seperti
maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal yang sepele seperti
tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut Nalland (1998) ada beberapa
sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya pada saat memesuki usia
remaja, yakni :
a.
Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara
b.
Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan dan
melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berfikir yang
belum matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini akan memudahkan
remaja terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas
seksual yang tidak bertanggung jawab dll
c.
Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan
mereka mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan
yang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka
dapat berkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.
d.
Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat
bersikap hangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara
jelas dan bijaksana. Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding
dan bisa memberikan dukungan pada pendapat anak yang benar.
Pergaulan Remaja
Pergaulan merupakan proses interaksi
yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan
kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh
Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya
manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia
lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian
seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan
kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif.
Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok
guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu
lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama
bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya
seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin
mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau
tidak. Pergaulan remaja berupa
tekanan teman bahkan sahabat, yang bias disebut dengan rasa solidaritas, ingin
diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan
remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.
Remaja
dan Lingkungan Sosial
Lingkungan social meliputi teman
sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar
bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah lingkungan kedua dimana
remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan interaksi social dengan
teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja yang
bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak bersekolah. Hubungan dengan guru
dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran yang berat menimbulkan konflik
yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh
guru juga sanagt besar bagi perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua
bagi remaja ketika mereka berada disekolah.
Pada masa remaja, hubungan social
memiliki peran yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas
pergaulan sosialnya dengan teman teman sebayanya. Remaja lebih sering berada
diluar rumah bersama teman teman sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa
pengaruh teman-teman sebayanya pada sikap, minat, penampilan dan perilaku lebih
besar daripada pengaruh orang tua.
Brown (1997) menggambarkan empat
cara khusus, bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari masa
kanak-kanak ke masa remaja :
a. Remaja lebih banyak menghabiskan
waktu dengan teman sebaya dibandingkan pada anak-anak. Pada usia 12 tahun,
remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang dewasa dan mendekatkan diri dengan
teman sebaya.
b. Remaja berusaha menghindari
pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan ingin mendapatkan kebebasan.
Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak terlalu diawasi.
Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka
dapat mengobrol dengan teman temannya tanpa didengar oleh keluarganya.
c. Remaja mulai banyak berinteraksi
dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan
dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan berkelompok persahabatan yang
berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi
dengan remaja yang berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin
menjauhnya remaja dengan orang tua mereka.
d. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih
memahami nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih besar.
Mereka juga mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu
Kesimpulan
Pada
dasarnya remaja itu baik, akan tetapi mereka menghadapi banyak masalah, yang
kadang mereka tida sanggup untuk mengatasinya sehingga terjadi penyimpangan
perilaku yang disebut kenakalan. Dalam penanggulangan kenakalan remaja, kita
perlu menggunakan pendekatan psikologis. Mulai dari pamahaman tentang kenakalan
remaja dan mencari latar belakang terjadinya, agar kita tidak melihat tindakan
tanpa mengetahui berbagai faktor penyebabnya baik yang timbul akibat perubahan
yang terjadi pada diri remaja maupun yang datang dari luar.
Oleh karena
itu dalam penanggulangan kenakalan remaja bukan dengan hukuman atau ancaman
tetapi dengan membantunya untuk mencari penyelesaian masalah dengan cara yang
baik dan tidak bertentangan dengan hukum dan ajaran agama.
Keluarga
mempunyai peranan penting dalam menciptakan ketentraman batin remaja. Dalam
menghadapi kenakalan remaja, orangtua yang bijaksana dapat memahami keadaan
remaja dan membantunya mengatasi persoalan yang dihadapinya.
Guru di sekolah
juga mempunyai peranan penting dalam membantu remaja dalam mengatasi
kesulitannya. Keterbukaan hati guru menerima keadaannya menjadikan remaja sadar
akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Saran
Kenakalan remaja semakin populer dan menjadi masalah yang 'lumrah ' di era modern ini.
hal ini akan semakin sulit untuk ditanggulangi jika perilaku tersebut sudah menjadi budaya dan kebiasaan remaja. atau remaja yang bersangkutan sudah jauh berada di dalam kubangannya (Kenakalan Remaja).
Walaupun kenakalan remaja diangap lumrah dan lazim dilalui oleh remaja serta merupakan aspek Perkembangan dalam krun masa tahap2 perkembangannya, namun kenakalan remaja ini bukanlah hal perkembangan yang mutlak harus dilalui oleh remaja.hal ini tentunya juga dapat dicegah atau minimal dikurangi dengan pendekatan2 emosional serta ikatan hubungan yang baik dari lingkungan sosialnya, dalam hal ini khususnya keluarga dan orang tua sebagai lingkungan sosial terdekatnya.karena dengan begitu, para remaja(anak) akan merasa diperhatikan, dipedulikan, yang kemudian akan dapat membantu para remaja itu untuk menemukan identitas dirinya dalam proses identifikasi diri.
Komunikasi yang intens juga sangat membantu anak untuk mengenali dan memahami masalah yang dihadapinya serta merasa aman dan nyaman ketika bersama orang2 terdekatnya. Karena tidak jarang, kenakalan remaja disebabkan oleh rasa frustasi, kesulitan mencari sosok yang dapat dijadikan panutan dalam pola hidupnya serta kesukaran dalam penyesuaian terhadap perubahan2 dan perkembangan yang terjadi pada dirinya, baik dari aspek fisik maupun mentalnya dengan lingkungan sosialnya.
0 komentar: